Selasa, 21 Mei 2013

Khasanah Pembelajaran Bahasa: Sudah Seharusnya Kita Sering Mendengar

Sudah sejak kemarin saya fokus menonton salah satu film animasi nickcledeon, The Legend of Avatar Korra. Sebenarnya hanya mengulang-ngulang saja. Saya hendak mencari pelampiasan rasa bosan di kala kesibukan yang begitu memuncak di akhir semester ini. Film ini cuma 12 episode. Kebetulan berbahasa inggris. Biasanya setiap menonton film berbahasa asing, pasti saya menggunakan subtitle bahasa indonesia. Alasannya sih supaya enak ditonton. Tapi ternyata ini sebuah kesalahan besar. Kali ini saya iseng untuk tidak menggunakan subtitle. Mumpung sekalian mengasah listening saya. Sebenernya sih malu juga, udah sarjana kok masih pakai subtitle begituan. Ok. Lets  be smart and discuss this :)

Kalau kita merenung sejenak, bahasa inggris sudah dipelajari sejak kita berseragam putih merah. Tak jarang dari kita bertanya-tanya: Kenapa sampai sekarang untuk berucap dalam bahasa inggris saja masih terbata-bata? Untuk bisa berdialog dengan baik saja terasa sangat sulit? Sebenarnya apa kunci dari belajar bahasa? Apakah proses belajar bahasa begitu sulit dan memakan waktu dari SD, SMP, SMA hingga jenjang perkuliahan?

Bayi unyu :3 kayak penulis
Untuk menemukan jawabannya, mari kita kembali ke masa silam, ke masa dimana kita belum mampu untuk mengucapkan sepatah dua patah kata pun. Entah bagaimana dulu kita tiba-tiba bisa berbahasa. Bagaimana kita bisa mengucapkan kata-kata sehingga kita benar-benar bisa menguasai bahasa ibu? Dari mana kita memulainya sehingga kita bisa paham, mengerti dan kemudian kita mampu mengucapkan kata pertama kita yang penuh makna...

Inilah jawabannya. Jawabannya sangat sederhana, kita semua memulainya dengan mendengar. Mendengar adalah kunci dari ilmu berbahasa. Meskipun kita rajin untuk membaca, menghapalkan vocabulary, atau mempelajari grammar. Tanpa adanya fase listening kita mustahil untuk bisa fasih berbahasa. Mendengar adalah karunia tuhan yang membuat kita bisa belajar berbahasa, berucap dan mengerti.

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.. (QS. Yunus: Ayat 42)

Ini sebenarnya sedikit bertolak belakang dengan proses pembelajaran bahasa yang diterapkan di sekolah-sekolah. Kurikulum bahasa inggris yang ada saat ini biasanya lebih menekankan pembelajaran bahasa dalam hal grammar, writing dan reading. Padahal jika kita mengkaji alur pembelajaran bahasa itu sendiri,sudah seharusnya belajar berbahasa itu dimulai dari mendengar dan berbicara. Seseorang bisa berbicara jika telah mendengar pelafalan bahasa. Mendengar membuatnya mengerti, dan mengerti membuatnya mampu untuk berucap dan kemudian menulis dan membaca. Itu makanya, jumlah manusia yang bisa berbahasa pasti lebih banyak dari manusia yang bisa untuk baca tulis. Ini disebabkan oleh proses pembelajaran untuk bisa berdialog dalam suatu bahasa bisa diperoleh dengan hanya mendengar dan berucap.

Jeng jeng,, Kembali ke film tadi, the Legend of Avatar Korra B), Padahal saya hanya menghabiskan waktu 5-7 jam untuk menonton film ini dari kemarin. Tapi saya merasa kemampuan berbahasa saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya merasa bisa untuk berbicara dengan lebih fasih layaknya seorang native speaker ^,^b.

Improvisasi dalam tempo singkat ini mungkin disebabkan oleh modal yang telah kita miliki sejak kita SD yaitu: vocab, grammar, dan reading, namun belum bisa terintegrasi sempurna karena masih minimnya pengalaman dalam hal mendengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar