Senin, 04 Mei 2015

7 Macam Persahabatan Dan Hanya 1 Sampai Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Inilah 7 macam persahabatan yang ada di dunia ini:
  1. "Ta'aruffan" persahabatan yg terjalin krn pernah berkenalan secara kebetulan, seperti pernah bertemu di kereta api, halte, rumah sakit, kantor pos, ATM & lainnya.
  2. "Taariiihan" persahabatan yg terjalin krn faktor sejarah, misalnya teman sekampung, satu almamater, pernah kost bersama, diklat bersama & sebagainya.
  3. "Ahammiyyatan" persahabatan yg terjalin krn faktor kepentingan tertentu, seperti bisnis, politik, boleh jadi juga karena ada maunya dan sebagainya.
  4. "Faarihan" persahabatan yg terjalin karena faktor hobbi, seperti teman futsal, badminton, berburu, memancing & sebagainya.
  5. "Amalan" persahabatan yg terjalin krn seprofesi, misalnya sama2 guru, dokter & sebagainya.
  6. "Aduwwan" sahabat tetapi musuh, depan seolah baik tetapi sebenarnya hatinya penuh benci, menunggu, mengincar kejatuhan sahabatnya, "Bila kamu memperoleh nikmat, ia benci, bila kamu tertimpa musibah, ia senang" (QS 3:120). Rasulullah mengajarkan doa", Allahumma ya Allah selamatkanlah hamba dari sahabat yg bila melihat kebaikanku ia sembunyi tetapi bila melihat keburukanku ia sebarkan."
  7. "Hubban Iimaanan", sebuah ikatan persahabat yg lahir batin, tulus saling cinta & sayang krn ALLAH, saling menolong, menasehati, menutupi aib sahabatnya, memberi hadiah, bahkan diam2 dipenghujung malam, ia doakan sahabatnya. Boleh jadi ia tidak bertemu tetapi ia cinta sahabatnya krn Allah Ta'ala.
Dari ke 7 macam persahabatan diatas : 1 - 6 akan sirna di Akhirat. yg tersisa hanya ikatan persahabatan yg ke 7, persahabatan yg dilakukan krn Allah (QS 49:10),
"Teman2 akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yg lain kecuali persahabatan krn Ketaqwaan" (QS 43:67). Subahanallah. ADA dimanakah persahabatan kita? Semoga Bermanfaat.

◆{{ AD-DIINU AN-NASHIIHAH }}◆
UST Wahyudin al-bimawy


========================================================================
Hasil copy paste dari status teman facebook. This is touching and make me thinking hard ='))
Bandara International Minangkabau, Padang, 4 Mei 2015
- Fajri Koto

Selasa, 21 Mei 2013

Khasanah Pembelajaran Bahasa: Sudah Seharusnya Kita Sering Mendengar

Sudah sejak kemarin saya fokus menonton salah satu film animasi nickcledeon, The Legend of Avatar Korra. Sebenarnya hanya mengulang-ngulang saja. Saya hendak mencari pelampiasan rasa bosan di kala kesibukan yang begitu memuncak di akhir semester ini. Film ini cuma 12 episode. Kebetulan berbahasa inggris. Biasanya setiap menonton film berbahasa asing, pasti saya menggunakan subtitle bahasa indonesia. Alasannya sih supaya enak ditonton. Tapi ternyata ini sebuah kesalahan besar. Kali ini saya iseng untuk tidak menggunakan subtitle. Mumpung sekalian mengasah listening saya. Sebenernya sih malu juga, udah sarjana kok masih pakai subtitle begituan. Ok. Lets  be smart and discuss this :)

Kalau kita merenung sejenak, bahasa inggris sudah dipelajari sejak kita berseragam putih merah. Tak jarang dari kita bertanya-tanya: Kenapa sampai sekarang untuk berucap dalam bahasa inggris saja masih terbata-bata? Untuk bisa berdialog dengan baik saja terasa sangat sulit? Sebenarnya apa kunci dari belajar bahasa? Apakah proses belajar bahasa begitu sulit dan memakan waktu dari SD, SMP, SMA hingga jenjang perkuliahan?

Bayi unyu :3 kayak penulis
Untuk menemukan jawabannya, mari kita kembali ke masa silam, ke masa dimana kita belum mampu untuk mengucapkan sepatah dua patah kata pun. Entah bagaimana dulu kita tiba-tiba bisa berbahasa. Bagaimana kita bisa mengucapkan kata-kata sehingga kita benar-benar bisa menguasai bahasa ibu? Dari mana kita memulainya sehingga kita bisa paham, mengerti dan kemudian kita mampu mengucapkan kata pertama kita yang penuh makna...

Inilah jawabannya. Jawabannya sangat sederhana, kita semua memulainya dengan mendengar. Mendengar adalah kunci dari ilmu berbahasa. Meskipun kita rajin untuk membaca, menghapalkan vocabulary, atau mempelajari grammar. Tanpa adanya fase listening kita mustahil untuk bisa fasih berbahasa. Mendengar adalah karunia tuhan yang membuat kita bisa belajar berbahasa, berucap dan mengerti.

Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.. (QS. Yunus: Ayat 42)

Ini sebenarnya sedikit bertolak belakang dengan proses pembelajaran bahasa yang diterapkan di sekolah-sekolah. Kurikulum bahasa inggris yang ada saat ini biasanya lebih menekankan pembelajaran bahasa dalam hal grammar, writing dan reading. Padahal jika kita mengkaji alur pembelajaran bahasa itu sendiri,sudah seharusnya belajar berbahasa itu dimulai dari mendengar dan berbicara. Seseorang bisa berbicara jika telah mendengar pelafalan bahasa. Mendengar membuatnya mengerti, dan mengerti membuatnya mampu untuk berucap dan kemudian menulis dan membaca. Itu makanya, jumlah manusia yang bisa berbahasa pasti lebih banyak dari manusia yang bisa untuk baca tulis. Ini disebabkan oleh proses pembelajaran untuk bisa berdialog dalam suatu bahasa bisa diperoleh dengan hanya mendengar dan berucap.

Jeng jeng,, Kembali ke film tadi, the Legend of Avatar Korra B), Padahal saya hanya menghabiskan waktu 5-7 jam untuk menonton film ini dari kemarin. Tapi saya merasa kemampuan berbahasa saya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya merasa bisa untuk berbicara dengan lebih fasih layaknya seorang native speaker ^,^b.

Improvisasi dalam tempo singkat ini mungkin disebabkan oleh modal yang telah kita miliki sejak kita SD yaitu: vocab, grammar, dan reading, namun belum bisa terintegrasi sempurna karena masih minimnya pengalaman dalam hal mendengar.

Minggu, 12 Mei 2013

Rumah nan dakek di hati


Angin siang ini masih saja terasa teramat sejuk. Padahal sudah jam setengah sebelas siang. Itulah yang kusuka dari tanah kelahiran ku, Ampek Angkek, Agam, Sumatera Barat. Kutengok ke sebelah dapur, ternyata koper sudah siap, semua barang sudah dikemas. Bahkan aku telah selesai mandi dan sekarang duduk untuk iseng menulis sejenak.

Ya, aku sedang berada di rumah. Kepulangan ku yang empat hari ini hanya untuk mengunjungi rumah. Ya cuma 4 hari. Bahkan sejak diwisuda Februari lalu, waktu untuk pulang pun aku tak punya. Miris. Tapi ini lah hidup. Jalani dan nikmati.

Istilah pulang ke rumah mungkin mulai saat sekarang harus diganti dengan mengunjungi rumah. Mungkin sungguh menyenangkan jika tetap berada di rumah. Namun, tapak perjalanan di depan menanti. Aku harus kembali ke tanah perantauan. Studi S2 masih harus berlanjut. Perjalanan ke negeri sakura juga menanti. Aku memang harus meninggalkan rumah. Akupun pulang hanya sekedar untuk berpamitan sebelum mengikuti program summer internship juni nanti. Aku hendak membuat rekaman jejak yang baru. Yang sedikit berbeda namun berharap tetap diridhoi dan diberkahi.

Usia yang sudah tergolong dewasa ini memang mencambuki ku agar tidak merengek. Maka berbahagia lah kalian yang masih bisa dekat dengan rumah, dekat dengan orang-orang terkasih. Mungkin suatu saat nanti pengorbanan seperti ini juga akan kalian rasakan. Nikmati dan bersiaplah. Hargai dan pelihara canda tawa, kebersamaan, dan setiap dialogmu dengan mereka. Karena kita tidak tahu akan seperti apa keluarga kita di kepulangan kita berikutnya. Apakah masih sama? Apakah masih sehat? Atau apakah masih lengkap? Wallahualam.

Sabtu, 11 Mei 2013

Masihkah kau merasa di atas langit?

Di atas langit pasti lah akan selalu ada langit, tengoklah ke bawah, jangan lah kau merasa berada di langit tertinggi.

Apa yang kamu banggakan di dunia ini?

Ketampanan?
Kata seseorang, ketampanan itu bisa dipoles, dia pun akan luluh seirng berjalannya waktu, kulit akan keriput, rambut akan rontok, dan otot serta tulang mu akan rapuh.

Kekayaan?
Kekayaan bukan sumber kebahagiaan, kekayaan bisa dicari, kekayaan bisa kau raih, tapi kebahagiaan yang hakiki tidak bisa kau gapai hanya dengan harta.

Kekuasaan?
Tidakkah kau sadar begitu kecilnya dirimu, sehingga kau masih saja terlalu sombong untuk bisa mengatakan kau yang paling berkuasa. Kau ibarat amoeba dibelah sejuta pangkat seribu di galaksi bimasakti. Kau amat kecil dibanding pencipta ini semua.

Ilmu pengetahuan mu?
Ilmu mu itu secuil, bahkan untuk menguasai yang secuil itu saja kau sudah berdarah-darah. Mungkin kau terlihat hebat dibanding orang-orang disekitarmu. Tapi di luar sana sangat banyak orang lain yang jauh lebih cerdas dari mu. Bahkan didunia ini tidak ada manusia yang menguasai berbagai ilmu dengan baik sekaligus. Setiap manusia memegang bidangnya. Tahukah kalian? saat ini kita hanya berebut mengais ilmu yang sangat sedikit. Jika kau tau bagaimana ilmu tuhan maka ilmu mu hanyalah sebuah kenistaan.

Ya, kita memang manusia, Manusia yang lemah tapi begitu arogan.

Ketika berada di langit, cobalah melihat ke bawah, mereka sama-sama indah
Dan sekarang, masih kah kau akan merasa lebih dari orang lain? Bahkan pada dasaranya itu semua adalah nikmat dari yang maha kaya yang tidak boleh kau dustakan. Jika kau mau menengok ke bawah sebentar saja, maka kau akan menyadari bahwa kau adalah insan yang sama sekali tak layak untuk tidak bersyukur dan juga merasa berada di atas langit.

Renungan penulis
Ditulis di Agam, 11 Mei 2013 pukul 16.56

Jumat, 10 Mei 2013

Bendungan syukur di malam kota Depok

Titik dan titian yang mengingatkan aku kepada berbagai permasalahan dunia yang sedang aku hadapi. Memikirkan mengapa dan apa sebabnya ini lah takdirku. Mengingat kembali dari titian permulaan ketika aku dilahirkan dan keluar dari rahim Ibuku tercinta. Mengenang memori yang sebenarnya tidaklah baik untuk ku ingat. Tapi sebenarnya inilah permulaan bagiku untuk memulainya kembali dan menegakkan kebenaran cinta-Mu yang sebenarnya telah lama kutanam.

Depok di malam hari
Malam di kota depok seraya melihat angkasa yang tak begitu segemilang kampung halamanku. Sebelumnya ku tarik ganggaman lemari dan kucari krusak krusuk jaket lama pembelian sang Ayah. Perutku lapar hendak mencari makanan keluar sejenak. Kupasang sendal jepit yang warnanya tak jauh beda dengan Jaket ku. Sedikit menghela nafas dan kubaca Bismillah. Kututup pintu rumah dan kukunci seraya kembali membaca bismillah

Para tetangga pada umumnya pukul segini belum pulang. Memang sudah biasa dan terkadang aku berpikir kehidupan di kota memanglah seperti ini. Dua menit saja aku akan tiba di tempat tujuanku. Sebuah Warung Nasi goreng sederhana di pinggir jalan yang sudah sering aku kunjungi dan cicipi sajiannya. Bagiku memang tiada duanya setelah buatan Ibuku.

Sebelumnya kuberjalan dari gang kecil rumah tempat ku menetap. Melihat pukul segini orang-orang masih banyak berjalan dari pintu masuk gang ke arahku. Langkah demi langkah dan akhirnya aku sampai di penghulu jalanan sempit ini. Dua Jalanan raya berlawanan terbentang di depannnya. Jam segini kepadatan lalu lintas dari jalanan meninggalkan kota depok tidaklah sebanyak arah jalanan memasuki kota ini.

Langsung saja, seperti biasa ku berkata, “mas nasi gorengnya satu makan sini” “minumnya apa mas?” “Air putih aja” Terkadang aku memilih untuk membeli dalam bentuk bungkusan dan membawanya pulang. Kali ini setelah makan aku berniat singgah dulu ke warnet sekedar melihat ada apa di facebook ku dan ada kabar baik apa dari halaman perkuliahan SCeLE.

Lima menit saja. Bismillahirahmanirrahim, Allahummabaariklana Fiima razaqtana Wa qina ‘Atzaabannaar. Aku mulai makan. Belumlah sepertiga porsi tujuh ribu rupiah ini aku habiskan, datang seorang anak perempuan berkerudung dengan pakaian lusuhnya. Aku terdiam dan memperhatikan anak kecil mungil itu. Ada linangan air mata di bola matanya. Seakan-akan ia menyimpan pilu di atas apa yang sedang ia usahakan. Seraya dia bernyanyi, Qalbu terhenyak dan bertanya-tanya dari mana ia dan mengapa linangan air mata itu masih berputar-putar saja di bola matanya. Kumasukkan tanganku ke saku jaket ku dan mencari sedikit uang untuk kuberikan. Tapi nyatanya hanya ada satu helai saja di Sakuku. Sudah lah kupikir. Tetapi, ternyata anak itu juga sama sekali tidak mengahampiriku. Ia menghampiri Bapak-bapak dan pasangan muda mudi yang sedang asyik mencicipi makanannya. Mungkin karena pakaianku juga lusuh atau wajahku seperti orang yang tak berada membuatnya tak berniat menghampiriku. Lagi-lagi kuberpikir sudahla,.. Aku melanjutkan makanku.

Tak lama kemudian datang seorang Ibu tua yang rambutnya sudah beruban. Mukanya kusam dengan tubuhnya yang kurus. Tapi dari romannya menurutku terlihat jelas dia adalah orang yang berpendirian keras. Ibu itu hanya mengangkat tangannya yang kaku di belakang orang-orang yang sedang makan. Dia sama sekali tidak berkata apa-apa. Hanya diam. Bahkan menurutku orang yang sedang makan pun tidak akan terlalu menyadari keberadaanya. Dan lagi-lagi Ibu ini juga tidak mengahampiriku.
Lagi-lagi tak lama setelah kedatangan Ibu tadi. Sekarang kedai ini disinggahi seorang pria yang melakukan perawakan dan mengenakan busana layaknya seorang wanita. Ia mulai bernyanyi. Entah lagu apa, aku sama sekali tidak tahu dan baru pertama kali mendengar lagu yang seperti itu. Aku menghela nafas dan Pura-pura tidak menghiraukan. Namun dalam benakku aku berfikir, kenapa ia mau bertingkah seperti itu, dan melakukan tindakan kontraversial menentang hakikat takdirnya sebagai seorang pria. Apa ia tidak mengenal Allah?? Apa ia tidak merasa risau dengan apa yang ia lakukan. Tapi sudah la,, Ia juga tidak mengampiriku dan tidak menggangguku.

Kuteguk air putihku dan kusisakan sedikit. Aku telah selesai. Alhamdulillah. Kuberdiri dan kuberikan lembaranku. Lalu Mas nasi goreng tadi mengembalikan lembaran-lembaran kembalianku. Aku keluar dan berjalan menuju warnet terdekat. Baru saja empat langkah kakiku. Kulihat anak kecil berkerudung tadi bergelantungan di Pintu Oplet mini berwarna biru sambil bernyanyi. Lagi-lagi aku memperhatikannya. Kemudian Angkutan umum itu menjauh dan Ia pun sudah tidak terlihat lagi. Pikiran ku tentang diapun hilang.

Di langkahku, aku kembali teringat kehidupanku dan berbagai permasalahan yang sedang menggeregotiku. Bukan itu saja, tak terlupa Syaitan yang sedang mengikutiku mengingatkan berbagai kekuranganku. Seakan-akan Ia meyakinkan begitu malangnya aku dan begitu menyedihkannya aku. Aku tidaklah seberuntung orang lain. Aku terdiam hanya merunduk dengan qalbu yang setengah terbendung linangan

Di depanku Depok Town Square. Sebuah mall di kota ini. Begitu terang untuk kondisi malam berkabut di kota ini. Di depannya banyak orang-orang yang sedang menunggu angkutan atau hanya sekedar duduk. Padahal hari sudah cukup malam. Aku melewati kerumunan itu hanya dengan berjalan merunduk di depannya. Tidak peduli saja.
Sudah cukup larut. Sudah setengah jam aku di warnet. Aku mau pulang. Tak kudapati hal spesial dari facebook ku dan halaman perkuliahan SCeLE. Kuserahkan 2000 rupiah dan kuperoleh koin 500 rupiah. Aku keluar.

Aku sedikit mengantuk, aku kembali berjalan di bawah cahaya lampu jalan kota ini. Baru saja beberapa langkah ke selatan, ku melihat seorang Bapak tua. Raut mukanya terlihat begitu letih dan hanya terduduk beralaskan kardus di depan sebuah toko dengan bekas luka pada muka sehingga wajahnya sulit untuk dikenali. Tak sengaja teramati olehku bekas amputasi, Bapak tua ini tidak bertangan. Astaghfirullah,, astaghfirullah aku terhenyak.., Aku tak tau harus bagaimana. Aku hanya lalu. Tapi aku terdiam bahkan qalbuku terdiam. Aku kembali berjalan

Kali ini aku melihat seorang Ibu berkerudung yang pakaiannya lusuh. Badannya sedikit berisi, tetapi sama sekali tidak mengenakan alas kaki. Dia menggendong seorang anak dan tangan kanannya membimbing seorang anak pula. Anak itu juga tak beralas kaki. Pakainnya juga lusuh. Dimataku wajah ibu ini terlihat begitu ikhlas dan menenangkan Bathin. Namun Bathin ku kembali terhenyak. Dari wajahnya terbayang wajah Ibuku. Bagaimana jika seandainya itu adalah Ibuku. Benar-benar sesak hingga batang jakun di tengerokan. Tak bisa aku bayangkan jika itu adalah Ibuku. Mungkin aku akan bersimpuh terlutut kepadanya dan memintanya berhenti mencari nafkah. Biarlah aku dan biarlah aku yang seperti itu. Wahai Ibu engkau istirahat saja. Magnetik Imajinasi ini terhenti. Aku kembali terdiam. Padahal aku sendiri telah diam di atas langkahku.

Aku merasa ingin cepat pulang saja dan istirahat. Lagi-lagi kumelihat pemandangan yang aku tak ingin melihatnya. Seorang anak lelaki yang mungkin usianya menurutku 3,5 tahun. Bajunya juga lusuh dan tak beralaskan kaki. Kedua tangannya memegang erat tentengan goni dan memikulnya dibahunya. Bahkan Besarnya goni itu hampir sama dengan tinggi badannya. Terpikirkan oleh ku. Bagaimana seandainya jika anak ini adalah adikku. Pikiranku melamun hingga kampung halaman. Jam segini mungkin Ia sudah tidur di atas kasur yang empuk tanpa pernah merasakan hal seperti ini. Perih, rindu dan sesak berbaur.

Aku hampir tiba. Semua hal yang aku lihat dan aku alami malam ini menurutku adalah hal yang perlu aku renungi. Terkadang aku begitu mengeluhkan kekurangan yang aku miliki. Seakan aku terlupa bahwa begitu banyakanya karunia-Mu yang telah Engkau berikan. Bahkan terpikir olehku pada dasarnya aku adalah insan yang sama sekali tidak layak untuk tidak bersyukur kepada-Mu.. Aku selalu mengeluhkan apa yang tak pantas aku keluhkan. Membandingkan hal-hal yang tak perlu aku bandingkan dengan diriku sendiri. Aku benar-benar telah dalam penyimpangan yang nyata dan berada dalam bentuk ketidaksyukuran yang begitu jelas. Maafkan lah aku.. Astaghfirullah,,,, Astaghfirullah.... Terimakasih karena Engkau selalu menuntunku. Aku mencintai-Mu, Aku mecintai-Mu, Aku mencintai-Mu... dan akan selalu memelihara cinta ini.
Aku tiba dan tertidur.

Terimakasih telah membaca...
Tulisan yang tertera di atas adalah fakta kecuali bagian-bagian yang bukan fakta.... :P
Jzakallahu khairan katsiira.. ^^

Ditulis di Depok, 15 Februari 2010